Kamis, 22 Maret 2012

anemia aplastik


Anemia Aplastik


A.       Definisi

Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.( Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Ed. 2008)

Anemia aplastik merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pansitopenia dimana terjadi kondisi defisit sel darah pada jaringan tubuh. Biasanya hal ini juga dikaitkan dengan kurangnya jumlah sel induk pluripoten.

B.       Klasifikasi Dan Etiologi

Anemia aplastik biasanya disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu faktor primer dan sekunder.

Secara sederhana anemia aplastik dapat diklasifikasi sebagai berikut.

1.     Penyebab Primer
1)       Idiopatik (paling banyak)
2)       Anemia Fanconi
3)       Dyskeratosis congenital

2.     Penyebab Sekunder
1)       Radiasi
2)       Zat Kimia
3)       Radiasi
4)       Infeksi
Gangguan kongenital yang paling umum terjadi adalah anemia Fanconi. Penyakit ini dapat menyerang anakanak-anak dan biasanya dikarenakan defek pada DNA Repair dan aplasia yang sering disertai kelainan rangka, pigmentasi pada kulit dan abnormalitas pada ginjal.
·           Radiasi
Aplasia sum-sum merupakan sekuele akut utama dari radiasi. Radiasi merusak DNA; jaringan bergantung pada mitosis aktif yang biasanya terganggu. Kecelakaan nuklir tidak hanya melibatkan pekerja namun juga pegawai rumah sakit, laboratorium, dan industri (sterilisasi makanan, radiography metal,dll), begitupula dengan orang lain yang terpapar secara tidak sengaja. Sementara dosis radiasi dapat diperkirakan melalui angka dan derajat penurunan hitung darah, dosimetri dengan rekonstruksi paparan dapat membantu memperkirakan prognosis pasien dan dapat pula melindungi tenaga medis dari kontak dengan jaringan radioaktif dan secret. MDS dan leukemia, namun kemungkinan bukan anemia aplastik, merupakan efek lambat dari radiasi.



  • Zat Kimia
Benzena merupakan penyebab yang diketahui dari kegagalan sum-sum tulang. Banyak data laboratorium, klinis, dan epidemiologi yang menghubungkan antara paparan benzene dengan anemia aplastik, leukemia akut, dan abnormalitas darah dan sum-sum tulang. Kejadian leukemia kurang berkaitan dengan paparan kumulatif -namun kecurigaan tetap diperlukan- karena hanya sebagian kecil dari pekerja yang terpapar terkena benzene myelotoksisitas. Rwayat pekerjaan penting diketahui, terutama pada insdustri dimana benzene digunakan biasanya sebagai pelarut. Penyakit darah terkait benzene telah menurun insidennya karena adanya peraturan mengenai paparan industrial. Walaupun benzene tidak lagi digunakan sebagai pelarut pada pemakaian rumah tangga , paparan terhadap metabolitnya dapat terjadi pada makanan dan lingkungan sekitar. Keterkaitan antara kegagalan sum-sum dengan zat kimia lain kurang bermakna.
  • Obat-obatan
Banyak obat kemoterapi yang mengsupresi sum-sum sebagai toksisitas utamanya; efeknya tergantung dengan dosis dan dapat terjadi pada semua pengguna. Berbeda dengan hal tersebut, reaksi idiosinkronasi pada kebanyakan obat dapat menyebabkan anemia aplastik tanpa hubungan dengan dosis. Hubungan ini berdasarkan dari laporan kasus dan suatu penelitian internasional berskala besar di Eropa pada tahun 1980 secara kuantitatif menilai pengaruh obat, terutama analgesic nonsteroid, sulfonamide, obat thyrostatik, beberapa psikotropika, penisilamin, allopurinol, dan garam emas. Tidak semua hubungan selalu menyebabkan hubungan kausatif: obat tertentu dapat digunakan untuk mengatasi gejala pertama dari kegagalan sum-sum (antibiotic untuk demam atau gejala infeksi virus) atau memprovokasi gejala pertama dari penyakit sebelumnya (petechiae akibat NSAID yang diberikan pada pasien thrombositopenia). Pada konteks penggunaan obat secara total, reaksi idiosinkronasi jarang terjadi walaupun pada beberapa orang terjadi dengan sangat buruk. Chloramphenicol, merupakan penyebab utama, namun dilaporkan hanya menyebabkan anemia aplasia pada sekitar 1/60.000 pengobatan dan kemungkinan angka kejadiannya sebenarnya lebih sedikit dari itu (resiko selalu lebih besar ketika berdasar kepada kumpulan kasus kejadiannya; walaupun pengenalan chloramphenicol dicurigai menyebabkan epidemic anemia aplasia, penghentian pemakaiannya tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi kegagalan sum-sum tulang). Perkiraan resiko biasanya lebih rendah ketika penelitian berdasarkan populasi.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi pada sumsum tulang dapat dibagi dua:
1.    Sering atau selalu menyebabkan depresi sumsum tulang
a.       Sitostatika
2.    kadang2. Kadang-kadang menyebabkan depresi sumsum tulang
a.       Antikonvulsan, misalnya: metilhidantoin
b.       Antibiotik, misalnya: kloramfenikol, sulfonamide, penicillin dan lain-lain
c.       Analgesik, misalnya: fenilbutazon
d.       Relaksan otot, misalnya: meprobamat
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya pemberian kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2 – 3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik setelah berumurur 6 tahun.
America Medical Association juga telah membuat daftar obat obat yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Lihat tabel berikut.:
Obat-obat yang sering dihubungkan
obat dengan Anemia Aplastik
  - Azathioprine
  - Karbamazepine
  - Inhibitor carbonic anhydrase
  - Kloramfenikol
  - Ethosuksimide
  - Indomethasin
  - Imunoglobulin limfosit
  - Penisilamine
  - Probenesid
  - Quinacrine
  - Obat-obat sulfonamide
  - Sulfonilurea
  - Obat-obat thiazide
  - Trimethadione


C.       Patofisiologi
Ada dua hal yang menjadi patofisiologi anemia aplastik
1.                             Kerusakan pada sel induk pluripoten
Gangguan pada sel induk pluripoten ini menjadi penyebab utama terjadinya anemia aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal membentuk atau berkembang menjadi selsel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini dikarenakan kurangnya jumlah sel induk pluripoten ataupun karena fungsinya yang menurun. Penanganan yang tepat untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sel  induk adalah terapi transplantasi sumsum tulang.
2.    Kerusakan pada microenvironment
Ditemukan gangguan pada mikrovaskuler, faktor humoral (misal eritropoietin) maupun bahan penghambat pertumbuhan sel. Hal ini mengakibatkan gagalnya jaringan sumsum tulang untuk berkembang. Gangguan pada microenvironment merupakan kerusakan lingkungan sekitar sel induk pluripoten sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan sel tersebut untuk berdiferensiasi  menjadi sel-sel darah.Selain itu pada beberapa penderita anemia aplastik ditemukan cell inhibitors atau penghambat pertumbuhan sel. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya limfosit T yang menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulangseltulang. Sampai saat ini, teori yang paling dianut sebagai penyebab anemia aplastik adalah gangguan pada sel induk pluri poten.

D.       Gejala Klinis
Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :
1.    Anemia : pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar
2.    Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri, virus, jamur, dan kuman patogen lain.
3.    Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, perdarahan gusi dan lain-lain.
Selain itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada penderita anemia aplastik ini meski sangat jarang terjadi.




E.   PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Kriteria anemia aplastik yang berat
Darah tepi :
·          Granulosit         < 500/mm3
·          Trombosit         < 20.000/mm3
·         Retikulosit        < 1,0%
Sumsum tulang :
·         Hiposeluler       < 25%

F.    DIAGNOSIS BANDING

·         Leukemia Akut

·         Sindroma Fanconi : Anemia Aplastik Konstitusional Dengan Anomali Kongenital.

·         Anemia Ekstren-Damashek : Anemia Aplastik Konstitusional Tanpa Anomali Kongenital

·         Anemia Aplastik Konstitusional Tipe Ii

·         Diskeratosis Kongenital

G.   Prognosis
Sifat alami dari perkembangan anemia aplastik adalah penurunan kesehatan dan kematian. Persiapan sel darah merah dan kemudian transfusi sel darah putih serta antibiotic platelet terkadang berguna, namun hanya segelintir pasien memperlihatkan penyembuhan spontan. Penentu utama prognosis adalah hitung darah, beratnya penyakit diindikasikan oleh dua dari tiga parameter ini : hitung netrophil absolute <500/µl,>
H.   Penatalaksanaan Anemia Aplastik
Anemia aplastik dapat disembuhkan dengan penggantian sel hematopoietik yang hilang ( dan sistem imun) dengan transplantasi stem cell, atau dapat diringankan dengan penekanan sistem imun untuk mempercepat penyembuhan fungsi sum-sum tulang residual. Faktor pertumbuhan hematopoietik memiliki keterbatasan manfaat dan glukokortikoid tidaklah bermanfaat. Paparan obat atau zat kimia yang dicurigai sebaiknya dihentikan dan dihindari; namun, penyembuhan spontan dari penurunan sel darah yang berat jarang terjadi, dan periode menunggu sebelum memulai penanganan tidak dianjurkan kecuali hitung jenis darah hanya sedikit menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar