Anemia Aplastik
A. Definisi
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.( Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Ed. 2008)
Anemia aplastik merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pansitopenia dimana terjadi kondisi defisit sel darah pada jaringan tubuh. Biasanya hal ini juga dikaitkan dengan kurangnya jumlah sel induk pluripoten.
B. Klasifikasi Dan Etiologi
Anemia aplastik biasanya disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu faktor primer dan sekunder.
Secara sederhana anemia aplastik dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1. Penyebab
Primer
1) Idiopatik
(paling banyak)
2) Anemia
Fanconi
3) Dyskeratosis
congenital
2. Penyebab
Sekunder
1) Radiasi
2) Zat
Kimia
3) Radiasi
4) Infeksi
Gangguan kongenital yang paling umum terjadi adalah anemia Fanconi. Penyakit ini dapat menyerang anakanak-anak
dan biasanya dikarenakan defek pada DNA Repair dan
aplasia yang sering disertai kelainan rangka,
pigmentasi pada kulit dan abnormalitas pada
ginjal.
Aplasia
sum-sum merupakan sekuele akut utama dari radiasi. Radiasi merusak DNA;
jaringan bergantung pada mitosis aktif yang biasanya terganggu. Kecelakaan
nuklir tidak hanya melibatkan pekerja namun juga pegawai rumah sakit,
laboratorium, dan industri (sterilisasi makanan, radiography metal,dll),
begitupula dengan orang lain yang terpapar secara tidak sengaja. Sementara
dosis radiasi dapat diperkirakan melalui angka dan derajat penurunan hitung
darah, dosimetri dengan rekonstruksi paparan dapat membantu memperkirakan
prognosis pasien dan dapat pula melindungi tenaga medis dari kontak dengan
jaringan radioaktif dan secret. MDS dan leukemia, namun kemungkinan bukan
anemia aplastik, merupakan efek lambat dari radiasi.
Benzena
merupakan penyebab yang diketahui dari kegagalan sum-sum tulang. Banyak data
laboratorium, klinis, dan epidemiologi yang menghubungkan antara paparan
benzene dengan anemia aplastik, leukemia akut, dan abnormalitas darah dan
sum-sum tulang. Kejadian leukemia kurang berkaitan dengan paparan kumulatif
-namun kecurigaan tetap diperlukan- karena hanya sebagian kecil dari pekerja
yang terpapar terkena benzene myelotoksisitas. Rwayat pekerjaan penting
diketahui, terutama pada insdustri dimana benzene digunakan biasanya sebagai
pelarut. Penyakit darah terkait benzene telah menurun insidennya karena adanya
peraturan mengenai paparan industrial. Walaupun benzene tidak lagi digunakan
sebagai pelarut pada pemakaian rumah tangga , paparan terhadap metabolitnya dapat
terjadi pada makanan dan lingkungan sekitar. Keterkaitan antara kegagalan
sum-sum dengan zat kimia lain kurang bermakna.
Banyak
obat kemoterapi yang mengsupresi sum-sum sebagai toksisitas utamanya; efeknya
tergantung dengan dosis dan dapat terjadi pada semua pengguna. Berbeda dengan
hal tersebut, reaksi idiosinkronasi pada kebanyakan obat dapat menyebabkan
anemia aplastik tanpa hubungan dengan dosis. Hubungan ini berdasarkan dari
laporan kasus dan suatu penelitian internasional berskala besar di Eropa pada
tahun 1980 secara kuantitatif menilai pengaruh obat, terutama analgesic
nonsteroid, sulfonamide, obat thyrostatik, beberapa psikotropika, penisilamin,
allopurinol, dan garam emas. Tidak semua hubungan selalu menyebabkan hubungan
kausatif: obat tertentu dapat digunakan untuk mengatasi gejala pertama dari
kegagalan sum-sum (antibiotic untuk demam atau gejala infeksi virus) atau
memprovokasi gejala pertama dari penyakit sebelumnya (petechiae akibat NSAID
yang diberikan pada pasien thrombositopenia). Pada konteks penggunaan obat
secara total, reaksi idiosinkronasi jarang terjadi walaupun pada beberapa orang
terjadi dengan sangat buruk. Chloramphenicol, merupakan penyebab utama, namun
dilaporkan hanya menyebabkan anemia aplasia pada sekitar 1/60.000 pengobatan
dan kemungkinan angka kejadiannya sebenarnya lebih sedikit dari itu (resiko
selalu lebih besar ketika berdasar kepada kumpulan kasus kejadiannya; walaupun
pengenalan chloramphenicol dicurigai menyebabkan epidemic anemia aplasia,
penghentian pemakaiannya tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi kegagalan
sum-sum tulang). Perkiraan resiko biasanya lebih rendah ketika penelitian
berdasarkan populasi.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi pada sumsum tulang
dapat dibagi dua:
1. Sering
atau selalu menyebabkan depresi sumsum tulang
a. Sitostatika
2. kadang2.
Kadang-kadang menyebabkan depresi sumsum tulang
a. Antikonvulsan,
misalnya: metilhidantoin
b. Antibiotik,
misalnya: kloramfenikol, sulfonamide, penicillin dan lain-lain
c. Analgesik,
misalnya: fenilbutazon
d. Relaksan
otot, misalnya: meprobamat
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia
aplastik. Misalnya pemberian
kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2 – 3 bulan
akan menyebabkan anemia aplastik setelah berumurur 6 tahun.
America Medical Association juga telah membuat daftar obat obat
yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Lihat tabel berikut.:
Obat-obat
yang sering dihubungkan
obat dengan Anemia Aplastik
|
- Azathioprine
- Karbamazepine
- Inhibitor carbonic anhydrase
- Kloramfenikol
- Ethosuksimide
- Indomethasin
- Imunoglobulin limfosit
- Penisilamine
- Probenesid
- Quinacrine
- Obat-obat sulfonamide
- Sulfonilurea
- Obat-obat thiazide
- Trimethadione
|
C. Patofisiologi
Ada dua
hal yang menjadi patofisiologi anemia aplastik
1.
Kerusakan pada sel induk pluripoten
Gangguan
pada sel induk pluripoten ini menjadi penyebab utama terjadinya anemia
aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal membentuk atau
berkembang menjadi selsel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini dikarenakan
kurangnya jumlah sel induk pluripoten ataupun karena fungsinya yang menurun.
Penanganan yang tepat untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh
gangguan pada sel induk adalah terapi
transplantasi sumsum tulang.
2. Kerusakan
pada microenvironment
Ditemukan gangguan pada mikrovaskuler, faktor humoral (misal
eritropoietin) maupun bahan
penghambat pertumbuhan sel. Hal ini mengakibatkan
gagalnya jaringan sumsum tulang untuk berkembang.
Gangguan pada microenvironment merupakan kerusakan
lingkungan sekitar sel induk pluripoten
sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan sel tersebut untuk berdiferensiasi
menjadi
sel-sel darah.Selain itu pada beberapa penderita anemia aplastik ditemukan cell
inhibitors atau penghambat pertumbuhan sel.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya limfosit T yang menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulangseltulang. Sampai saat ini, teori yang paling dianut sebagai penyebab
anemia aplastik adalah gangguan pada sel induk
pluri poten.
D.
Gejala Klinis
Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :
1.
Anemia
: pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar
2.
Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri,
virus, jamur, dan kuman patogen lain.
3.
Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa,
epistaksis, perdarahan gusi dan lain-lain.
Selain
itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada penderita
anemia aplastik ini meski sangat jarang terjadi.
E.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Kriteria anemia
aplastik yang berat
Darah tepi :
·
Granulosit
< 500/mm3
·
Trombosit
< 20.000/mm3
·
Retikulosit
< 1,0%
Sumsum tulang :
·
Hiposeluler
< 25%
F. DIAGNOSIS BANDING
· Leukemia Akut
· Sindroma Fanconi : Anemia Aplastik Konstitusional Dengan Anomali Kongenital.
· Anemia Ekstren-Damashek : Anemia Aplastik Konstitusional Tanpa Anomali Kongenital
· Anemia Aplastik Konstitusional Tipe Ii
· Diskeratosis Kongenital
Sifat
alami dari perkembangan anemia aplastik adalah penurunan kesehatan dan
kematian. Persiapan sel darah merah dan kemudian transfusi sel darah putih
serta antibiotic platelet terkadang berguna, namun hanya segelintir pasien
memperlihatkan penyembuhan spontan. Penentu utama prognosis adalah hitung
darah, beratnya penyakit diindikasikan oleh dua dari tiga parameter ini :
hitung netrophil absolute <500/µl,>
Anemia
aplastik dapat disembuhkan dengan penggantian sel hematopoietik yang hilang (
dan sistem imun) dengan transplantasi stem cell, atau dapat diringankan dengan
penekanan sistem imun untuk mempercepat penyembuhan fungsi sum-sum tulang
residual. Faktor pertumbuhan hematopoietik memiliki keterbatasan manfaat dan
glukokortikoid tidaklah bermanfaat. Paparan obat atau zat kimia yang dicurigai
sebaiknya dihentikan dan dihindari; namun, penyembuhan spontan dari penurunan
sel darah yang berat jarang terjadi, dan periode menunggu sebelum memulai
penanganan tidak dianjurkan kecuali hitung jenis darah hanya sedikit menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar